Wednesday, June 11, 2008

Komunikasi

By: Adi W

Kerap aku menghempaskan kata pada laptop di depanku. Biasanya saat kelabakan ketika deadline hampir dekat, tulisan kurang, kepala sakit, istirahat semakin minim saja. “Laporan tak masuk, kenapa anak-anak semakin malas?”

“Apa yang salah..., monyet.... monyet,” serapahku lagi. Tak ada yang menjawab, kawan-kawan hanya mendengar. Hening tak ada komentar. Maklum saja itu pertanyaan retorik, tak butuh dan tak ada jawaban. Aku tak sedang berbicara dengan kawan-kawan di sini. Aku sedang bicara pada laptop, meja, kursi, gelas, asbak dan bahkan sepatu. Benda itu sama saja diam.


Andai saja aku sedang memakai baju dengan label ‘Pasien RSJ’, maka orang pasti akan mendakwa ‘orang gila’. Tapi tidak, semakin besar suara memaki meja, aku malah semakin tenang, bukan semakin gila. Aneh.

Ajaibnya lagi, itu juga dilakukan oleh sebagian besar kawan-kawan di sini. Lelah ketika harus berkutat dengan masalah itu-itu saja, nol perubahan. Itu adalah sekelumit peristiwa yang mungkin bodoh, tapi aku menganggap itu bentuk komunikasi. Minimal untuk pribadi.

Komunikasi kadang tak mengenal objek, tidak mengenal lawan bicara, tak peduli lawan bisa mendengar atau tidak. Sebut saja itu namanya komunikasi ‘tak wajar’. Tapi ada kebiasaan, komunikasi seperti itu akan lahir bila si pelaku telah berkomunikasi se’wajar’nya kepada lawan yang bisa bicara, mendengar dan merasa.

Bicara komunikasi, pada prinsipnya tak ada di antara kita makhluk Tuhan yang tidak melakukan komunikasi. Semua yang hidup bisa, bahkan alam pun mampu melakukan itu ketika mengirim banjir bandang akibat rusaknya hutan. Apalagi harimau yang ganas memangsa apa saja, bila merasa diganggu habitatnya.

Komunikasi beragam definisi, hampir tak ada satu yang baku. FEX Dance dari Universitas Winsconsin pada tahun 1970 pernah mencoba mengumpulkan definisi komunikasi yang ada. Hasilnya adalah 98 arti alias maksudnya.

Kemudian Severin dan Tankard dari Universitas Texas pernah menyebut bahwa komunikasi terbagi dalam tiga kelompok, yaitu menekankan pada berbagi, persuasi dan respon.
Komunikasi mengandung unsur art, science dan technology. Artinya dalam komunikasi terdapat hal-hal yang tidak bisa dilakukan berdasarkan common sense belaka. Di samping ada hal-hal yang alamiah, namun ada elemen yang perlu diketahui atau dipelajari supaya komunikasi bisa berjalan baik.

Lebih khusus lagi, perlu diketahui komunikasi itu mengandung isi dan pesan. Kadang ada juga komunikasi yang tidak jelas apa isi dan pesan yang mau disampaikan. Ini mungkin menyangkut profesionalisme. Atau lawan bicara yang seperti meja, kursi, asbak dan sepatu.

Kurasa komunikasi penting untuk jalannya sebuah sistem. Menulis ini, juga komunikasi.
[]

Banda Aceh, Mei 2008 [AI]

1 comment:

Anonymous said...

komunikasi itu penting. tanpa komunikasi, rumah tangga bisa berantakan, negara kacau balau, permusuhan antar kelompok. masalah yang kecil bisa besar dan banyak hal-hal lain.

dalam mengelola media, komunikasi yang kurang bisa membuat penerbitan terlambat.

tetapi komunikasi bukan hanya berbentuk suara (bicara, pujian, sapaan), ia bisa lirikan, senyuman,dan bahkan uang.

uang menurut saya dalam kapasitas penghargaan kepada mereka yang sudah bekerja. kalau dalam media, hubungan pemilik media dengan wartawan. kalau dalam perusahaa, hubungan antara pengusaha dengan buruhnya dll...Peu nyoe lagei nyan Bung?